Hai.......apa kabar? are you ok?
Pertanyaanya singkat tapi menjawabnya berderai air mata, seolah pertanyaan apa kamu baik-baik saja ? adalah pertanyaan yang begitu rumit untuk di jawab. Kadang harus menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan segala bentuk kekuatan lalu berkata " yes I'm ok ". Kamu harusnya tahu bahwa kalimat "aku baik-baik saja" adalah kebohongan yang selalu aku katakan manakala pertanyaan itu kembali muncul, berat rasanya untuk mengekspresikan bentuk sedihku karena aku tidak ingin dunia tahu sakitku, kecewaku, traumaku dan depresiku. Gimana yah, bukan tak ingin menjadi diri sendiri tapi lingkunganku dipenuhi justifikasi seolah dunia ini harus berjalan sesuai apa yang mereka fikirkan, hingga lupa bahwa setiap makhluk yang hidup di atas bumi Tuhan sudah memiliki garis takdirnya sendiri-sendiri.
Traumaku membuatku menjadi perempuan yang anti sosial, tertutup dengan orang asing dan selalu menjauh dari tempat-tempat yang membuatku merasa tak nyaman apalagi merasa terancam dengan kehadiran orang lain di sekitarku. Padahal lingkungan itu baik-baik saja, orang lain itu juga baik, tapi fikiranku sudah di penuhi oleh kecemasan, ketakutan dan mentalku sudah terguncang oleh masa laluku yang berantakan. Pada satu ketika ada seseorang yang ingin masuk di hidupku, namun aku menolaknya tanpa alasan dan penjelasan, coba kamu bayangkan sebesar apa traumaku kala itu !.
Aku selalu merasa bahwa tak satupun orang di lingkunganku yang bisa menerimaku lagi, dengan segala keterbatasan yang aku rasakan saat itu, pernah aku mecoba untuk terbuka dengan salah seorang teman dengan menceritakan apa yang aku rasakan namun yang ada akulah yang di salahkan. Sejak saat itu aku semakin tertutup dengan diriku sendiri.
"Benar kata ayah bahwa tak semua orang yang ada di sampingmu bisa kamu jadikan teman berbagi rasa."
Bertahun-tahun aku terpenjara dalam kesendirianku, hingga aku mulai terbiasa dengan semua itu. Berteman dengan sunyi, berdamai dengan luka dan segala bentuk kehilangan.
Aku adalah seseorang yang pernah tiada dalam keberadaanku, hilang di terkam sunyi lalu di tarik kembali oleh harapan. Dari semua ini aku kemudian paham hal yang sempat hampir hilang dari alam sadarku yaitu obat terbaik untuk hati yang sakit adalah diri sendiri, kamu pasti pernah merasakan menjadi aku kan? gimana rasanya?, nyaman atau tidak? cukup kamu simpan sendiri jawabanya.
Tak ada luka yang membahagiakan, yang ada hanyalah tawa yang palsu dan bahagia yang di manipulasi.
Tulisan ini terlahir untuk siapa saja di luar sana yang pernah atau sedang dalam keadaan tak menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Ku harap kamu bisa tetap hidup dan menjempu hidup barumu. Ingat kamu hidup bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain, tapi untuk menjadi diri sendiri dan menemukan versi terbaik dirimu.
Dariku gadis yang sembuh dari luka
Sija istana, 13 juli 2022
Komentar
Posting Komentar