Sepercik api telah melahap segudang rasa dalam diri,menjadikannya abu lantas tiada.
Hujan malam tadi ternyata pertanda dari hujan di pagi buta Yang jauh lebih deras,akupun mendengar hujan yang kian menderas yang jatuh dari pelupuk matamu.
Matamu sembab menandakan dukamupun masih sedalam dukaku,aku dan kau yang terajut menjadi kita. Kini hanya menjadi sebatas pernah, yah betul dengan katamu kemarin sore " kita hanya mampu merencanakan tapi semesta pemilik Kenyataan".
Dan hari ini untuk yang kesekian kalinya kalimat ini menjadi nyata,kini kakiku akan melangkah sendiri lagi. Dan rencana menjadi utuh kini harus mencari lagi,meski cerita menjadi utuh akan terus berlanjut namun takkan lagi Semanis kemarin.
Aktor utama dalam cerita ini telah pamit undur diri dan kini aku harus berjalan pincang dengan luka menganga di dasar hati.
Yah ternyata pilihan yang terbaik adalah berikhtiar dengan cara yang lebih baik(Doa) dan memantaskan diri adalah prioritas terbaik untuk hari ini.
Selamat menikmati kesendirian mu lagi kasih begitupun denganku,dan mari saling mengabadikan dalam carik aksara buku harian.
Ingatlah aku adalah hati yang pernah menjadi utuh karenamu dan kini kembali kurang karenamu pula.
Terimakasih untuk cerita manis yang kau suguhkan di hari yang lalu dan kini akupun pamit undur diri untuk memantaskan diri.
Billahifisabililhak
~pute
Komentar
Posting Komentar