Paradigma berfikir yang saat ini menjadi landasan seseorang untuk mencapai eksistensi kenamaan di masyarakat adalah dengan banyaknya titel yang ia miliki.
Hal-hal yang paling sering kita temui di masyarakat adalah perbandingan antara anak yang berpendidikan dengan anak yang tak berpendidikan, dan naasnya lagi pelaku pembanding adalah mereka yang berpendidikan.
Banyak kaum-kaum intelektual yang memiliki segudang ilmu,namun tak mampu mengimplementasikan ilmunya di masyarakat. Sehingga ia bisa di juluki sebagai penghianat atas intelektual itu sendiri.
Di saat pendidikan menjadi aspek utama dalam proses pembelajaran agar mampu di jadikan sebagai makhluk terdidik,di saat itu pula banyak anak-anak yang tak memiliki pendidikan. Kemanakah makna isi UUD yang berbunyi" Mencerdaskan kehidupan bahgsa......"
Di sisi lain pembangunan semakin di perketat,dan biaya pendidikan semakin di perketat juga. Banyak yang bertanya mengapa banyak anak yang tak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi?
Seharusnya pertanyaan ini di lontarkan kepada aparatur negara yang membuat aturan pendidikan, kenapa biaya pendidik semakin tinggi? Sedang keadaan ekonomi yang begitu-begitu saja.
Dalam acara Pelantikan dan Raker forum sekaligus Sharing session FORUM KAJIAN MAHASISWA DATARAN TINGGI (FORKARI), kakanda SULTAN dalam materinya menyinggung perihal arah pergerakan pemuda saat ini dalam mengawal pendidikan di kecematan tombolo Pao terkhusus,ini bukan tanpa alasan karena di mana di kecamatan tersebut masih ada ketimpangan pendidikan yang di rasakan oleh masyarakat nya (SD INPRES PATTALLASSANG) Tombolo Pao
Lantas dimanakah peranan para kaum intelektual saat ini?
Di saat pergerakan hendak di lakukan justru terkendala pada kebijakan pemerintah yang mau tidak mau harus di ikuti.
Ayu andira
Komentar
Posting Komentar