Aku hendak berkisah tentang mata air di tepian desa,yang darinya banyak kehidupan yang terselamatkan. Banyak dahaga yang terlupakan oleh jernih airnya, binarnya begitu memesona setiap mata yang memandangnya, hendak mencicipi manis airnya.
Hingga pada satu ketika datanglah seorang manusia yang berparas sederhana dan nampak baik jika di pandang mata. Setiap hari ia datang dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar mata air itu agar tetap jernih dan indah.
Hari berganti ia kemudian datanglagi dengan maksud yang sama, namun manusia tetaplah manusia yang memiliki hasrat dan nafsu dalam dirinya. Ia kemudian mengambil air dari mata air itu dan menghancurkan sumber mata air itu, lalu ia meninggalkan tempat itu dalam keadaan hencur berantakan.
Hikmah yang dapat di petik dari kisah ini adalah, bahwa rupa bukanlah tolak ukur dari baik dan buruknya sifat seseorang, bisa jadi yang nampak Sholeh/ah justru memiliki maksud dan niat yang tak baik untuk orang lain.
Bukannya menjaga dan merawat justru ia merusak sesuatu yang sudah memberikan kehidupan untuk banyak orang,bahkan memberikan kehidupan untuk dirinya sendiri.
Seharusnya kita sebagai manusia yg memiliki hati nurani hendaknya berfikir bahwa jika kita telah melakukan satu kesalahan itu di perbaiki dan di pertanggung jawabkan bukan justru menambah kesalahan dengan meninggalkan begitu saja lalu mencari tempat yang lain untuk tinggal.
Kamu mungkin berfikir semuanya akan baik-baik saja, tapi ternyata di sisi lain ada yang menderita dan tersiksa karena perbuatan kita. Apaakh kamu layak di sebut manusia? Renungkan sendiri.
Hari ini aku sadar dari kisah tersebut bahwa tak ada yang seutuhnya sempurna di dunia ini selain kesempurnaan akhlak sang Rasulullah.
Maka dari itu berhati-hatilah dalam memilih dan mengenali seseorang karena yang berwajah lucu bak kelinci bisa bersifat liar bak ular yang berbisa.
📌24 April 2021
Komentar
Posting Komentar